Di Sini di Batas Kota Ini


Kami sudah jarang membuka musik dari loudspeaker sebaliknya secara otomatis kami menikmati alunan musik yang diputar tetangga di seberang jalan. Beberapa kali saya entah mengumpat, merasa lucu, merasa takjub dari jauh karena tetangga suka lupa waktu; dia biasa gas dari jam 05.00 pagi. Lagu yang diputar adalah lagu dugem atau lagu-lagu beat daerah Timur.

Saat jam istirahat siang juga ia sering kebablasan. Lagu Mama Karo dan lagu-lagu remix lainnya dia putar beri habis alias kencang dan saya sedikit kesulitan untuk terlelap saat ingin istirahat. Bukan suatu masalah yang besar karena pada akhirnya saya tetap terlelap.

Pernah sekali saat matahari sudah tak nampak lagi; saya dan suami sedang menikmati kopi di halaman ketika musik terdengar;

"Pa, dia punya suara bagus e."

"Ini, orang nyanyi, Mama. Mereka putar rekaman."

"Tidak, Papa. Ini dia punya suara ko, suara bas e, gagah."

Suami mulai tertawa. "Mama ko punya telinga tidak peka nah."

Saya pasang telinga baik-baik kali ini. "Ih, iya benar. Ini suara rekaman orang. Mungkin orang lagi karaoke."

Kami kemudian meledak dalam tawa.

Di sini di batas kota ini..., tetangga putar setiap hari selama kurang lebih seminggu.

Suara khas penyanyi dan intro lagu itu seperti jadi hiburan buat kami. Kadang kalau saya lagi di dalam rumah, suami di luar; dengar intro sa langsung teriak, "Papa, kawan su panggil." Dan saya bisa mendengar ledakan tawa suami yang entah sedang mengerjakan apa.

Kadang kami tak berkata apa-apa. Saat sama-sama berada di halaman mengerjakan pekerjaan masing-masing kami saling melemparkan pandang dan tertawa. Beberapa kali suami masih merasa geli kalau mengingat saya yang tidak bisa membedakan karaoke dengan rekaman, "Mama, mama, bisa tuh telinga tidak peka."😂

Dua hari lalu tetangga memulai harinya dan hari kami dengan lagu Malaysia yang iramanya sendu dan dilanjutkan dengan lagu Nike Ardila.

"Sendu e," kata suami.

"Lagi galau mungkin dia, Pa," jawab saya.

Kami lalu melanjutkan aktivitas seperti biasa.

Nah, sejak kemarin pagi hingga pagi ini, tidak terdengar musik yang diputar keras-keras oleh tetangga. Saya merasa ada yang hilang.

"Mungkin dia lagi pergi, Ma. Atau Mungkin tetangga paling dekatnya tegur," kata suami.

Ada banyak sekali hal atau keadaan di luar kita yang tidak sesuai dengan diri kita. Awalnya mendengar musik yang kencang juga genre yang berbeda di awal hari itu rasanya tidak enak karena sudah menggangu kedamaian. Namun, saya tidak bisa mengontrol selera musik orang tapi saya bisa meresponnya dengan cara menerima selera musik tetangga saya dan menikmatinya.


Telinga saya yang tidak peka yang tidak bisa membedakan mana karaoke dan mana rekaman itu adalah yang lucu. Hal sederhana yang bisa bikin kami tertawa terus. Tertawa bersama itu baik, karena bikin rileks dan menjadi pertanda bahwa kami masih hidup.


Semoga besok saya bisa dengar om itu nyanyi begini, “Di sini di batas kota ini…,” karena saya rindu.

“Jangan menginginkan peristiwa terjadi seperti yang kau inginkan, tetapi sebaliknya biarkan itu terjadi sebagaimana ia mesti terjadi, maka hidupmu akan berjalan dengan baik” Epictetus.

Amaryanti

Rote, 24 Oktober 2024  

Komentar

Postingan Populer