Jadilah Dirimu Sendiri

Memasuki masa
sekolah, bertemu banyak teman, sepertinya dia mulai merasa bahwa dirinya agak
lain sendiri. Dimana secara fisik berbeda, dilihat dari warna kulit, bentuk
rambut dan kelakuan agak-agak tomboy, jika dibandingkan dengan kawan-kawan
sebayanya yang kebanyakan berambut lurus, kulit putih, dan gaya bicara yang
halus lembut.
Dan di suatu
waktu di tengah menikmati waktu berkualitas bersama sang mama.
Terjadilah percakapan berikut :
Terjadilah percakapan berikut :
A : “Mama, b pung kawan (sebut
saja) Thalia tuh cantik e Ma.”
M : “Ah iya kah…Kakak juga
cantik.”
A : “Sonde Mama, Thalia tuh
cantik. Dia pung kawan banyak. Dia putih, rambut lurus, bicaranya juga halus.
Dong sonde mau bekawan deng beta. Kakak pengen cantik seperti Thalia”.
M : “Oh begitu. Nah Kakak ada
teman kah sonde di sekolah?”
A : “Ada mama. Sebut Saja Cindy.
Dia selalu bermain dengan beta”.
M : “Ok kalau begitu jadi teman
yang baik buat Cindy saja sudah. Dan Mama lebih suka lihat kakak yang seperti
ini. Kalau kakak berubah cantik jadi seperti Thalia, berarti mama sonde kenal
lai, karena bukan Kakak nah, bukan mama punya anak. Jadi saja Kakak yang seperti
ini saja mama sudah senang. Dan ingat apa yang mama selalu bilang : Cantik dan
Jelek itu tidak penting, yang penting itu hati”.
A : “Begitu ko Ma”.
M : “Iya”.
Dan aku disini berperan sebagai
pendengar. Terharu, bangga, senang dan sejuta perasaan bahagia seketika
melingkupi diriku. Oh iya percakapan mama dan anak ini aku dengarkan sejak
hari Jumat lalu. Ini adalah hal-hal kecil tapi berdampak luar biasa bagi perkembangan
anak. Dia adalah adik perempuanku ; dengan sangat cerdas mampu menanamkan rasa PD
kepada anak perempuannya dengan penjelasan yang sangat sederhana. Ingin memeluknya
saat itu juga, tapi kami terpisahkan ruang dan waktu.

Dirimu hebat sayang sebagai
seorang mama yang juga bekerja. Bagaimana kau berjuang untuk kehidupan rumah tanggamu,
keluargamu dan anak-anakmu. Belajar menjadi bijak tanpa aku sadari sebagian
besar bagian proses itu adalah hasil dari penyerapan sari dari sharing-sharing
kita…
Dalam percakapan kami yang lain
ketika aku galau memikirkan nasib masa depanku - dia menguatkanku dengan
berkata : “Dan Tuhan berkata, pelan-pelan saja, nikmati prosesnya semua ada
waktunya”.
Adik perempuanku ini jarang baca
alkitab ; tapi bisa kupastikan imannya akan Kristus tercermin dalam setiap
kata-kata dan sikapnya. Memilikinya sebagai seorang adik adalah juga berkat
terindah dari-Nya. Dan betapa aku bersyukur untuk itu.
Dalam sikap kekanak-kanakan kita sering bertengkar,
berebut mainan, beradu argument, berita baiknya setelah melalui semua itu kita
bisa menjadi solid sebagai saudari , sahabat dan teman itu luar biasa.
Salam Sayang untuk anak-anak e,
Maci.
I love you so much, dear….

Jika dahulu aku menjadi penerjemahnya
kini dia seperti menjadi guide dan seseorang yang memegang tanganku, salah satu
tempatku berkeluh kesah.
Komentar
Posting Komentar